Kamis, 13 Maret 2014

The Act of Killing (2012)


Apa yang anda pikirkan jika saya menyebutkan G30S/PKI? Bangsat? Tai? atau malah baru mendengarnya?. Saya sendiri termasuk orang yang masih tabu dan begitu rabun dengan masalah yang satu ini. Katanya setiap tahun selama tiga belas tahun sejak 1985 setiap malam 30 September, film ini diputar di saluran tv kita tercinta dahulu, TVRI. Namun, film ini berhenti diputar sejak berakhirnya pemerintahan Soeharto pada tahun 1998.

Beralih ke film "The Act of Killing", bercerita tentang seorang mantan "Free Man" Anwar Congo, seorang kakek tua yang telah mengalami pengalaman yang begitu luar biasa pada saat pemerintahan Indonesia sedang dalam kemelut dan permasalahan yang saling tumpang tindih. Dalam film ini beliau begitu banyak bercerita, mengulang kejadian, dan membuka kebenaran tentang hal yang terjadi pada masa pemerintahan Orde baru.

Film dibuka dengan adegan yang agak sedikit ngehe, yang pas liatnya bingung sendiri sambil gak sengaja bilang What the ffffiraauuunn?. Adegan ini menampilkan beberapa orang yang keluar dari mulut patung ikan raksasa, trus menari-nari dan malah kelihatan seperti sebuah ajaran sesat yang sedang menjalani ritual penyembahan berhala.

Cerita sebenarnya berlangsung setelah adegan ini. Ceritanya Anwar Congo cs sedang membuat proyek pembuatan sebuah film yang bercerita tentang keadaan pada masa Orde Baru, saat para Free Man dan PKI lagi ditakut-takutinya. Anwar mulai blusukan ke sebuah kampung, mencari artis yang harus siap saat itu untuk menjalankan peran yang dia mau. Comot rumah sini, comot rumah situ. Uniknya, akting para pemeran dadakan ini kesannya natural, enggak kelihatan dipaksa walaupun sebenarnya dipaksa. Film mulai agak sedikit tegang saat Anwar mempraktekkan cara membunuh para umat PKI zaman dahulu. Begitu santainya, brutal, namun cerdas. Agak ngilu ketika Anwar melanjutkan kisah-kisahnya.

Film dokumenter dari Joshua oh Joshua Oppenheimer ini begitu dokumenter. Begitulah saya  menggambarkannya, dari awal sampai akhir film tidak ada sama sekali pengambilan gambar secara professional (ya namanya juga dokumenter). Namun dikemas begitu indah dan mencekam. Meninggalkan kesan psikologis setelah film ini berakhir. Kita sebagai penonton dibikin bingung, siapa yang benar pada zaman Orde baru. Apakah Free Man yang telah membunuh para PKI? ataukah para PKI yang sudah membunuh para jenderal dan menghentikan pemerintahan Soeharto? yah saya juga masih belum bisa menyimpulkan.

Intinya film ini recommended bagi saya untuk anda-anda. Yang mau sensasi berbeda saat menonton film dan ingin merasakan teror psikologis tanpa adegan disturbing.

Nilai 4,5/5

4 komentar:

  1. Supaya nggak bingung terus, baca juga buku-buku yang bisa diunduh dari: https://www.facebook.com/notes/jagal-the-act-of-killing/bacaan-pendukung/293511797438652

    BalasHapus
  2. Saya kasih infonya biar aktual dan aptudet:
    Novara-Pro Vercelli: 1-1
    Cesena-Cagliari: 2-0
    Hamilton Academical-Celtic: 1-1
    Nacional Madeira-Paços de Ferreira: 3-0
    Excelsior-Nijmegen: 2-0

    Tuh udah tuh. Coba kalo dengerin saya, pasti menang banyak.

    BalasHapus