Selasa, 23 Februari 2016

Casablanca (1942)

Apa yang membuat sebuah premis sederhana dalam film dapat terlihat sebagai sebuah mahakarya? Jawabannya menurut saya adalah naskah dan akting pemain. Naskah juga menjadi sebuah “alasan” yang sangat kuat mengapa sebuah film dapat dibuat dengan budget minimal (contohnya Reservoir Dogs, Trilogy Before, bahkan film antihero terbaru, Deadpool). Tapi bagaimana sebuah film yang hanya berisikan dialog (melulu) dapat menjadi tontonan yang menarik? Kembali lagi menurut saya adalah karena suasana yang dibangun dari sentuhan scoring (musik pengisi)-nya.

Casablanca mengisahkan tentang drama percintaan segitiga (yang tidak mencla-mencle) antara Richard “Rick” Blaine (Humphrey Bogart), Ilsa Lund (Ingrid Bergman), dan Victor Laszlo (Paul Henreid) ditengah perang dunia II, ketika itu Perancis sudah dikuasai Jerman (Hail Hitler!). Ditengah perang yang bergulir, para warga Perancis masing-masing ingin menyelamatkan diri dengan cara keluar dari negaranya dan tempat yang paling banyak menjadi tujuan adalah Lisbon, hal ini tidak mudah karena rute yang harus ditempuh cukup rumit, karena harus memutar dan akan sampai di sebuah kota di Maroko bernama Casablanca.

Victor Laszlo adalah seorang pimpinan pemberontakan Perancis terhadap Nazi pada saat itu baru memasuki Casablanca dengan tujuan ingin meneruskan perjalanan menuju Lisbon bersama seorang wanita, Ilsa Lund. Namun kepergiannya menuju Lisbon terhambat karena orang kepercayaannya telah terbunuh dan surat transit tersebut tidak didapatkan. Namun, ternyata surat transit tersebut telah berpindah tangan kepada Richard “Rick” Blaine yang mana adalah seseorang yang mempunyai pengaruh besar di Casablanca. Rick yang mengetahui Ilsa bersama lelaki tersebut menolak untuk memberikan surat transit itu karena Rick ingin Ilsa tetap berada di Casablanca. Dari sinilah hubungan antara Rick dan Ilsa di masa lalu terungkap dan mulai menghidupkan cerita.

Casablanca bukanlah film yang “recehan” yang menjual air mata buaya para pemainnya. Cinta segitiga yang merupakan penggerak utama film ini bukan seperti kisah cinta para ABG yang menjual gombalan dan konflik berlebihan. Film ini dibuat sangat dewasa, dalam artian pemikiran-pemikiran yang dituturkan bukan merupakan pikiran sederhana orang-orang yang dimabuk cinta. Film ini mengajarkan bagaimana tetap memikirkan hal lain yang lebih mempengaruhi orang banyak walaupun terjebak dalam sebuah hubungan asmara.

Favorite Thing
Akting favorit saya disini adalah akting dari Humphrey Bogart, dimana seorang yang memiliki karakter cuek dan dingin (bahkan tanpa ekspresi) memiliki hati seorang pejuang dan pemikiran layaknya seorang lelaki sejati. Saya suka semua dialog yang dilemparkan karena hampir semua mengandung sarkasme (jika dicermati) dan memancing tawa saya hingga lepas, (bahkan saya sempat berharap dia yang jadi pemeran Deadpool,  because he is very funny even though he does not tell jokes). hal ini didukung dengan suaranya yang menurut saya sangat memorable (saya tiba-tiba teringat dengan narator animasi Avatar Korra).

Best Scenes
Bahkan saya sempat mengira genre film ini adalah Romance-Comedy...

Rating


2 komentar: